Mulai Dari Mana?

Mulai dari mimpi beberapa hari yang lalu saja lah.

Tentang anak perempuan yang tinggal di sebuah penampungan. Dalam mimpi saya seringkali dia terlihat berusaha keras mendapat pengakuan dari orang-orang di sekitarnya, tapi tidak terlalu jelas kenapa dia merasa harus dianggap penting.

Suatu hari dari luar gerbang muncul beberapa sosok misterius. Mereka tinggi-tinggi, kurus, berkulit legam, berambut mirip: keriting kaku tegak.  Pipi mereka cekung, bola mata mereka nampak agak menonjol. Mereka berpakaian biasa tapi agak lusuh, sehingga nampak seperti gembel yang agak rapi atau semacam berandalan atau preman. Mereka muncul saat matahari bersinar, sesuatu yang harusnya menjadi indikasi bahwa mereka tidak berbahaya. Setidaknya tidak berbahaya dibandingkan dengan yang berkeliaran di malam hari.

Anak perempuan itu sedang berada di jalan saat orang-orang misterius ini datang, dan ia sepertinya menyadari sesuatu sehingga mendadak ketakutan. Kaki dan tangannya serentak terasa dingin. Buru-buru ia berbalik pergi saat orang-orang hitam itu berjalan semakin dekat ke arahnya.

Kemudian salah satu dari orang-orang itu memanggilnya. Menanyakan sesuatu yang ia jawab dengan bohong, kemudian ia berbalik dan pergi lagi. Saat itulah si pemanggil ini, yang sepertinya pemimpin orang-orang misterius yang mengerikan itu, menyentuh punggungnya. Anak perempuan itu menoleh sekilas  lalu bergegas berlari pergi ketakutan, lari dan sembunyi di dalam salah satu bangunan bekas gudang yang banyak terdapat di penampungan itu. Nafasnya tersengal-sengal oleh dua hal, karena ia baru saja berlari secepat mungkin, dan karena ia ketakutan setengah mati. Air matanya mulai menetes saat ia mulai menangis sesenggukan sambil meraba punggungnya.

Di balik bajunya yang longgar, menempel pada punggungnya, tadinya ada sebilah pedang pendek. Pedang pendek itu bukan pedang biasa, dihias ukiran dan bebatuan permata warna biru turkis yang membuat pedang itu terlihat langka. Pedang itu tidak hanya tampak langka, tetapi juga sangat istimewa. Pedang itu jelmaan ibunya.

Ketika orang-orang misterius itu tadi datang menyeberang batas gerbang, anak perempuan itu melihat bahwa mereka akan datang lagi ke tempat itu dalam bentuk mereka yang asli dan berjumlah lebih banyak dari yang bisa diantisipasi. Kedatangan mereka disertai awan gelap bergulung, matahari menjadi hitam. Mereka akan masuk ke dalam penampungan tanpa bisa ditahan karena pedang tersebut. Semua orang yang ada di penampungan itu akan habis dimakan.

Ia tahu bahwa yang ia lihat tadi akan menjadi kenyataan karena sekarang pedang itu benar-benar hilang. Entah bagaimana caranya, saat punggungnya disentuh sekilas tadi, pedang itu berpindah tangan. Yang tahu tentang keberadaan pedang itu hanyalah sedikit, dan sebagian besar bukan manusia.

Karena itulah ia berusaha lari dari mereka. Seharusnya pedang itu tidak boleh sampai jatuh ke tangan musuh. Sekarang semua kehancuran tersebut akan terjadi karena keteledorannya. Bagaimana ia bisa mencegahnya? Siapa yang akan percaya kalau ia mengatakan hal yang sebenarnya tentang pedang tersebut dan tentang serangan mahluk-mahluk kegelapan yang ternyata kini bisa berkeliaran di bawah sinar matahari siang bolong?

Sambil terus menangis ia lantas berusaha menjelaskan hal ini pada seseorang dewasa. Tentang ibunya yang kini di tangan musuh, dan bahwa ibunya harus diambil kembali untuk mencegah kehancuran.

Di tengah-tengah penjelasannya yang tidak koheren di antara deras air mata dan suara sesaknya yang berusaha menarik nafas dan berbicara sejelas mungkin, saya terbangun. Tapi kecemasan dan kekhawatiran anak perempuan itu masih lekat sekali dan terngiang hingga siang ini akhirnya saya menuliskannya.

gambar ini saya pinjam dari akun bernama namesjames di Deviantart setelah saya menelusur dengan kata kunci Dark Sun

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Monster Playgroup (Pt. 1)